Kamis, 23 Desember 2010

Sifat dan Karakteristik Kaum Khawarij

Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membagi-bagikan harta rampasan perang di desa Ju’ronah -pasca perang Hunain- beliau memberikan seratus ekor unta kepada Aqra’ bin Habis dan Uyainah bin Harits. Beliau juga memberikan kepada beberapa orang dari tokoh quraisy dan pemuka-pemuka arab lebih banyak dari yang diberikan kepada yang lainnya. Melihat hal ini, seseorang (yang disebut Dzul Khuwaisirah) dengan mata melotot dan urat lehernya menggelembung berkata: “Demi Allah ini adalah pembagian yang tidak adil dan tidak mengharapkan wajah Allah”. Atau dalam riwayat lain dia mengatakan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Berbuat adillah, karena sesungguhnya engkau belum berbuat adil!”.
Sungguh, kalimat tersebut bagaikan petir di siang bolong. Pada masa generasi terbaik dan di hadapan manusia terbaik pula, ada seorang yang berani berbuat lancang dan menuduh bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak berbuat adil. Mendengar ucapan ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan wajah yang memerah bersabda:
Siapakah yang akan berbuat adil jika Allah dan rasul-Nya tidak berbuat adil? Semoga Allah merahmati Musa. Dia disakiti lebih dari pada ini, namun dia bersabar. (HR. Bukhari Muslim)

Saat itu Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu meminta izin untuk membunuhnya, namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melarangnya. Beliau menghabarkan akan munculnya dari turunan orang ini kaum reaksioner (khawarij) sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikutnya:
Sesungguhnya orang ini dan para pengikutnya, salah seorang di antara kalian akan merasa kalah shalatnya dibandingkan dengan shalat mereka; puasanya dengan puasa mereka; mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari buruannya. (HR. al-Ajurri, Lihat asy-Syari’ah, hal. 33)

Demikianlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mensinyalir akan munculnya generasi semisal Dzul Khuwaisirah -sang munafiq-. Yaitu suatu kaum yang tidak pernah puas dengan penguasa manapun, menentang penguasanya walaupun sebaik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Dikatakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa mereka akan keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Yaitu masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi yang lain dengan tidak terlihat bekas-bekas darah maupun kotorannya, padahal ia telah melewati darah dan kotoran hewan buruan tersebut.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang bagus bacaan al-Qur’annya, namun ia tidak mengambil faedah dari apa yang mereka baca.
Sesungguhnya sepeninggalku akan ada dari kaumku, orang yang membaca al-Qur’an tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Kemudian mereka tidak akan kembali padanya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk. (HR. Muslim)

Dari riwayat ini, kita mendapatkan ciri-ciri dari kaum khawarij, yakni mereka dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan indah; tapi tidak memahaminya dengan benar. Atau dapat memahaminya tapi tidak sampai ke dalam hatinya. Mereka berjalan hanya dengan hawa nafsu dan emosinya.
Ciri khas mereka lainnya adalah: “Mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan orang-orang kafir” sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
Sesungguhnya akan keluar dari keturunan orang ini satu kaum; yang membaca al-Qur’an, namun tidak melewati kerongkongannya. Mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan para penyembah berhala. Mereka akan keluar dari Islam ini sebagaimana keluarnya anak panah dari buruannya. Jika sekiranya aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum ‘Aad. (HR. Bukhari Muslim)

Sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap seorang yang shalih dan keluarganya yaitu Abdullah –anak dari shahabat Khabbab bin Art radhiallahu ‘anhu. Mereka membantainya, merobek perut istrinya dan mengeluarkan janinnya. Setelah itu dalam keadaan pedang masih berlumuran darah, mereka mendatangi kebun kurma milik seorang Yahudi. Pemilik kebun ketakutan seraya berkata: “Ambillah seluruhnya apa yang kalian mau!” Pimpinan khawarij itu menjawab dengan arif: “Kami tidak akan mengambilnya kecuali dengan membayar harganya”. (Lihat al-Milal wan Nihal)
Maka kelompok ini sungguh sangat membahayakan kaum muslimin, terlepas dari niat mereka dan kesungguhan mereka dalam beribadah. Mereka menghalalkan darah kaum muslimin dengan kebodohan. Untuk itu mereka tidak segan-segan melakukan teror, pembunuhan, pembantaian dan sejenisnya terhadap kaum muslimin sendiri.
Ciri berikutnya adalah: kebanyakan di antara mereka berusia muda, dan bodoh pemikirannya karena kurangnya kedewasaan mereka. Mereka hanya mengandalkan semangat dan emosinya, tanpa dilandasi oleh ilmu dan pertimbangan yang matang. Sebagaimana yang terdapat dalam riwayat lainnya, ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda umurnya, bodoh pemikirannya. Mereka berbicara seperti perkataan manusia yang paling baik. Keimanan mereka tidak melewati kerongkongannya, mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari buruannya. Di mana saja kalian temui mereka, bunuhlah mereka. Sesungguhnya membunuh mereka akan mendapatkan pahala pada hari kiamat. (HR. Muslim)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjuluki mereka dengan gelaran yang sangat jelek yaitu “anjing-anjing neraka” sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abi Aufa bahwa dia mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Khawarij adalah anjing-anjing neraka. (HR. Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Dlilalul Jannah)

Diriwayatkan pula dari Sa’id bin Jamhan, beliau berkata: “Saya masuk menemui Ibnu Abi Aufa dalam keadaan beliau telah buta, aku berikan salam kepadanya. Ia pun menjawab salamku, kemudian bertanya: “Siapakah engkau ini?”. Aku menjawab: “Saya Sa’id bin Jamhan”. Dia bertanya lagi: “apa yang terjadi pada ayahmu?” Aku menjawab: “Dia dibunuh oleh sekte Azariqah”. Maka Ibnu Abi Aufa mengatakan tentang azariqah: “Semoga Allah memerangi Azariqah, sungguh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan kepada kami:
Ketahuilah bahwa mereka adalah anjing-anjing penduduk neraka”.

Aku bertanya: “Apakah sekte azariqah saja atau seluruh khawarij?” Beliau menjawab: “Seluruh khawarij”. (As-Sunnah Ibnu Abi Ashim hal. 428 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Dhilalul Jannah)
.
Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam juga memuji orang-orang yang membunuh mereka. Sebaliknya beliau shalallahu ‘alaihi wasallam mencerca mayat-mayat mereka dengan kalimat “sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit”.
Diriwayatkan dari Abu Ghalib bahwa ia berkata: ”Pada saat aku berada di Damaskus. Tiba-tiba didatangkanlah tujuh puluh kepala dari tokoh-tokoh Haruriyyah (khawarij) dan dipasang di tangga-tangga masjid. Pada saat itu datanglah Abu Umamah radhiallahu ‘anhu–sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam– dan masuk ke masjid. Beliau shalat dua rakaat, dan keluar dan menghadap kepala-kepala tadi dengan meneteskan air mata. Beliau memandangnya beberapa saat seraya berkata: ”Apa yang dilakukan oleh iblis-iblis ini terhadap ahlul Islam?” (tiga kali diucapkan). Dan beliau berkata lagi: ”Anjing-anjing neraka” (juga tiga kali diucapkan). Kemudian beliau berkata:
”Mereka sejelek-jelek bangkai di bawah naungan langit, dan sebaik-baik mayat adalah orang yang dibunuh olehnya.” (tiga kali).
Kemudian beliau menghadap kepadaku seraya berkata: ”Wahai Abu Ghalib sesungguhnya engkau berada di negeri yang banyak tersebar hawa nafsu dan banyak kekacauan”. Aku menjawab: ”Ya”. Beliau berkata: ”Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungimu dari mereka”. Aku katakan: ”Tetapi mengapa engkau menangis?”. Beliau menjawab: ”Karena kasih sayangku kepada mereka, sesungguhnya mereka dulunya adalah golongan Islam”. Aku bertanya kepadanya: ”Apakah yang kau sampaikan itu sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam atau sesuatu yang kau sampaikan dari pendapatmu?!” Beliau menjawab: ”Kalau begitu berarti aku sangat lancang, jika aku menyampaikan apa yang tidak aku dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam” sekali, dua kali dan seterusnya hingga beliau menyebutnya sampai tujuh kali. (Hadits hasan diriwayatkan oleh al-Ajurri dalam asy-Syari’ah hal. 156; lihat takhirjnya secara rinci dalam al-Wardul Waqthuf oleh syaikh Abu Abdirrahman Fauzi al-Atsari hal. 95).
Demikianlah betapa kerasnya peringatan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terhadap kaum khawarij dan betapa jeleknya julukan-julukan yang beliau ucapkan kepada mereka. Yang demikian itu karena akibat yang ditimbulkan oleh gerakan mereka sangat besar, yakni kekacauan dan pertumpahan darah di antara sesama kaum muslimin. Padahal nilai nyawa seorang mukmin lebih tinggi dari kesucian Arafah. Seperti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ucapkan pada hari Arafah:
Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian suci, seperti sucinya hari ini, di bulan ini, di negeri ini. (Bukhari-Muslim)

Yakni lebih suci dari hari yang suci yaitu hari Arafah di bulan suci yaitu Dzulhijjah dan negeri yang suci yaitu Makkah dan Arafah.
Berkata imam al-Ajurri tentang khawarij: “Tidak ada perselisihan di antara para ulama yang dulu maupun sekarang, bahwa khawarij adalah kaum yang jelek. Mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wasallam, walaupun mereka melakukan shalat, puasa dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Hal yang demikian tidak bermanfaat bagi mereka, karena mereka adalah kaum yang menyelewengkan makna al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsu mereka dan mengkaburkan pemahamannya terhadap kaum muslimin. (Lihat asy-Syari’ah al-Ajurri, hal. 32)
Apakah setelah ini pantas orang-orang yang mengaku Ahlus sunnah berdalil atas perbuatan yang mereka lakukan dengan apa yang dilakukan oleh khawarij untuk mencaci-maki dan menghujat para penguasa di hadapan umum?
Seperti apa yang dilakukan oleh khawarij gaya baru dan pengikutnya ketika mereka mencaci-maki pemerintah, kemudian dipenjara berkilah dengan ucapannya: “Kenapa kalian –wahai para penguasa– ketika ada orang yang mengkritik, ditangkap, dipenjara dan diperangi? Bukankah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, orang yang paling mulia, ketika dikritik oleh seseorang: “Berbuat adillah, sesungguhnya engkau tidak berbuat adil!” beliau shalallahu ‘alaihi wasallam membiarkannya bebas merdeka?.*)
Lihatlah teladan yang dipakai mereka adalah perkataan Dzul Khuwaisirah kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang sudah kita ceritakan di muka. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam marah dan menyebut dia sebagai bibit khawarij, dan beliau perintahkan kepada kita untuk memeranginya dan menjuluki mereka dengan julukan-julukan yang jelek. Wallahul musta’an.

al Ustadz Muhammad Umar As Sewed


Sumber : http://khawarij.wordpress.com/2007/12/29/sifat-dan-karakteristik-khawarij/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar